Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 1. PendahuluanAgama islam mengalami kemajuan dengan sangat pesat hal ini ditandai dengan banyaknya para ulama besar yang sudah berkembang sesuai dengan bidangnya masing masing. Selain itu, hadist juga mulai berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu lainya. Setiap hadist mengandung dua bagian yaitu matan hadist itu sendiri dan sanad yang menyebutkan nama nama riwayat rawinya dari awal sampai akhir. Hadist mulai berkembang pesat sekitar abad ke 11/ 7 M sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang bin Abdul Aziz memerintahkan para sahabat dan para ulama untuk mulai membukukan hadist dengan mengumpulkan hadist hadist rasul yang menurut mereka sama. Selain itu, mereka juga mengemukakan riwayat riwayat disertai dengan sanadnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui kualitas hadist yang diriwayatkan baik dhaif maupun shahih dengan cara meneliti sanad yang ada dalam hadist. Sanad merupakan rawi rawi hadist yang dijadikan sandaran oleh pentakhrij hadist. Agama islam memiliki suatu disiplin yang tidak dimiliki oleh umat lain yaitu Ilmu Rijal al Hadist. Ilmu ini menerangkan dengan perinci mengenai keadaan para rawi hadist dari berbagai segi, baik dari segi kemampuan intelektual, psikologis maupun etika. Ilmu rijalul hadist ini merupakan salah satu cabang besar dari hadist riwayah dan hadist dirayah. Dengan hadist ini kita mampu mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad dan memudahkan kita dalam menilai kualitas suatu hadist. 2. Pengertian Ilmu Rijal al HadistKata rijal al hadist terdiri dari dua kata yang secara bahasa memiliki arti orang orang disekitar hadist. Jika ditambah dengan kata ilmu, maka menjadi ilmu rijal al hadist yang memiliki arti ilmu tentang orang orang disekitar hadist. Menurut Hasbi ash Shiddiqi, ilmu rijal al hadist adalah ilmu yang membahas para perawi hadist, baik dari sahabat, tabi'in, maupun dari perangkatan perangkatan sesudahnya. Sedangkan menurut Al Zarqoni, ilmu rijal al hadist adalah ilmu untuk mengetahui para periwayat hadist dari segi pribadi mereka sebagai perawi dapat disimpulkan bahwa ilmu rijal al hadist adalah ilmu untuk mengetahui para periwayat hadist dalam kapasitas mereka sebagai periwayat hadist. Ilmu rijal al hadist merupakan bagian dari ulumul hadist sangat penting kedudukanya karena secara khusus membahas persoalan persoalan disekitar sanad. Ilmu hadist yang mempelajari sanad dan matan hadist. Sanad hadist adalah para perawi hadist yang merupakan objek pembahasan ilmu rijal al Macam Macam Ilmu Rijal al Hadist Muhammad 'Ajjaj al Khatib membagi ilmu rijal al hadist menjadi dua yaitu Ilmu Tarikh al Ruwah dan Ilmu Jarh wa al Ta' Tarikh al Ruwah Ilmu Tarikh al ruwah adalah ilmu yang membahas tentang para rawi hadist dari segi yang berhubungan dengan periwayatan mereka terhadap hadist. Menerangkan semua hal ihwal para rawi dengan menyebut tahun kelahiran dan wafatnya serta menyebutkan guru guru mereka, tahun kapan ia mendengar hadist dari guru gurunya, siapa saja yang meriwayatkan hadist darinya. Menyebutkan asal negara dan tempat tinggalnya, juga menerangkan perjalanan rawi dan kedatanganya ke berbagai daerah yang berbeda beda. Menyebutkan cara mendengar rawi dari sebagian guru gurunya baik sebelum guru gurunya itu lemah atau sesudah mereka lemah dan segala hal yang berhubungan dengan urusan Tarikh al ruwah disebut juga sebagai ilmu sejarah. Ilmu ini berkembang sejalan dengan perkembangan para perawi hadist. Para ulama berusaha keras mengetahui keadaan perawi yang ada didalam sanad hadist agar dapat diketahui mana sanad yang berhubungan dan yang terputus dan mana hadist yang mursal dan marfu'. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
AlQuran - Al Hadis; Al-Hadits; 1408. HADIST TENTANG ILMU FAROIDL; 1408. HADIST TENTANG ILMU FAROIDL. Posted on April 13, 2012 by PISS-KTB. PERTANYAAN: Arif Bilah. Ilmu Rijalul Hadits Rawi Pengertian, Cabang, Syarat, Contoh, Kegunaannya DEFINISI RAWI الراوي في لغة الذى يروي الحديث و نحوه المنوز ٥٩٠ Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits naqil al-hadits. Sebenarnya, sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap tabaqah-nya, juga disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan tetapi, yang membedakan antara rawi dan sanad terletak pada pembukuan atau pen-tadwin-an hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin disebut perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin orang yang membukukan dan menghimpun hadits. Ilmu Rijalil Hadits adalah salah satu dari ilmu-ilmu hadits yang sangat penting. Ilmu hadits, melengkapi sanad dan matan. Orang-orang sanad itulah perawih-perawih hadits. Maka merekalah pokok pembicaraan ilmu Rijalul Hadits yang merupakan salah satu dari dua tepi ilmu hadits. Lantataran inilah para ulama sangat mementingkan ilmu ini. Ilmu Rijalul hadis terbagi atas dua ilmu yang besar 1. Ilmu Tarikhir Ruwah Ilmu sejarah perawi-perawi hadits. 2. Ilmu jahri wat Ta’dil Ilmu yang menerangkan adil tidaknya perawi hadits. Maka Ilmu Tarikhir Ruwah ialah “ ilmu yang mengenalkan kepada kita perawi-perawi hadits dari segi mereka meriwayatkan hadits. Maka ilmu ini menerangkan keadaan-keadaan perawi, hari kelahirannya, kewafatannya, guru-gurunya, masa mulai mendengar hadits dan orang-orang yang meriwayatkan hadits dari padanya, negrinya, tempat kediamannya, perlawatan-perlawatnnya, sejarah kedatangannya ketempat-tempat yang dikunjungi dan segala yang berhubungan dengan urusan hadits”. CONTOH RAWI حدثنا محمد بن معمر بن ربعي القيس، حدثنا أبو هشام المحزومي عن عبد الواحد وهو ابن زياد حدثنا عثمان بن حكيم حدثنا محمد ابن المنكدر عن عمران عن عثمان بن عفان قال ؛ قال رسول الله صلي الله عليه و سلم ؛ من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتي تخرج من تحت أظفاره.رواه مسلم Artinya “ Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya telah menceritakan kepadaku Abu Hisyama al-Mahzumi dari Abu Al-Wahid yaitu Ibnu Ziyad, katanya telah menceritakan kepadaku Utsman bin Hakim, katanya telah menceritakan kepadaku Muhammad al-Munqadir, dari Amran, dari Utsman bin Affan ia berkata” Barang siapa yang berwudu’ dengan sempurna sebaik-baiknya wudu’, keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya” MUSLIM. Dari nama Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’il al-Qaisi sampai dengan Utsman bin Affan ra. adalah sanad dari hadits tersebut. Mulai kata “man tawadha’a” sampai dengan kata “tahta azhfarihi”, adalah matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat diujung hadits adalah perawinya, yang juga disebut mudawwin. SYARAT-SYARAT RIJALUL HADITS 1. Islam 2. Baligh 3. Adil 4. Dhabith KEGUNAAN Dari definisi yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa ilmu rijal al-hadits berkaitan dengan hal ihwal para periwayat hadits. Karena itu, ilmu ini mengambil porsi tertentu dalam bahasan ilmu hadits. Ilmu ini sangat diperlukan dalam penelitian sanad Hadits, yang kegunaannya antara lain adalah sebagai berikut. Dengan ilmu ini penelitian sanad Hadits dapat dilakukan, karena ilmu ini merupakan data yang lengkap mengenai para periwayat Hadits, baik biografi mereka,maupun kualitas pribadi sulit dibayangkan, kalau seseorang sekarang ini ingin meneliti sanad Hadits, tanpa menggunakan ilmu ini, mengingat bahwa para periwayat itu sendiri sudah ribuan tahun meninggal dunia. Bahasan Hadits mencakup sanad dan matan, ilmu ini berguna untuk mendalami pengetahuan tentang sanad, dengan menguasai sanad hadits, berarti mengetahui separuh ilmu hadits. Seorang pengkaji hadits belumlah dianggap lengkap ilmunya tentang hadits, kalau hanya mempelajari matannya, sebelum mempelajari juga sanadnya. Sejarah merupakan senjata terbaik yang digunakan oleh ulama dalam menghadapi para pendusta. Sufywan Al Tsaurymengatakan “Sewaktu para perawi menggunakan kedustaan, maka kami menggunakan sejarah untuk melawan mereka.” Ulama tidak cukup hanya menunjukkan urgensi mengetahui sejarah para perawi, tetapi mereka sendiri juga mempraktekkan hal itu. Contoh mengenai hal itu sangat banyak, sampai tak terhitung. Antara lain yang diriwayatkan oleh Ufair ibn Ma’dan Al Kala’yi, katanya Umar ibn Musa datang kepada kami di Himsh. Lalu kami berkumpul di mesjid. Lalu beliau berkata “Telah meriwayatkan kepada kami guru kalian yang shaleh.” Ketika sering mengungkap kata itu, aku bertanya kepadanya “Siapa yang anda maksud guru kami yang shaleh? Sebutlah namanya agar kami bisa mengenalnya.” Ia menjawab “Khalid Ibn Ma’dan.” Aku bertanya kepadanya “Tahun berapa anda bertemu dengannya?” Ia menjawab “Aku bertemu dengannya pada tahun seratus delapan.” Aku bertanya lagi “Di mana anda bertemu dengannya?” Ia berkata “Aku bertemu di dalam peperangan Armenia.” Lalu aku bertanya kepadanya “Bertakwalah kepada Allah, wahai Syeikh dan jangan berdusta. Khalid ibn Ma’dan wafat tahun seratus empat. Jadi anda mengaku bertemu dengannya empat tahun sesudah ia meninggal.” Aku tambahkan pula, ia tidak turut serta dalam peperangan ke Armenia. Dia hanya ikut dalam perang Romawi. Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Dan juga dengan ilmu ini, dapat ditentukan kualitas serta tingkatan suatu hadis dalam permasalahan sanad hadis. Dalam sejarah islam, pada akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib, pemalsuan Hadits mulai ada dan pada masa pemerintahan Bani Umayyah –sampai akhir abadpertama Hijriyah- pemalsuan itu berkembang pesat. Untuk menjaring Hadits-hadits palsu itu ilmu rijal al-hadits dapat dipergunakan. Jadi dapat diketahui bahwa ilmu rijal hadis berguna untuk mengetahui tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad hadis. Dengan mengatahui para perawi itu akan dapat mencegah terjadinya pemalsuan hadis, penambahan matan hadis, juga dapat mengetahui tingkatan keshahihan tiap-tiap hadis yang ditemui. LATAR BELAKANG PENTINGNYA Ilmu Rijal Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Ulama memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad. Ulama akan menanyakan umur para perawi, tempat mereka, sejarah mendengar belajar mereka dari para guru,disamping bertanya tentang para perawi itu sendiri. Hal itu mereka lakukan demi mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan oleh perawi dan demi mengetahui sanad-sanad yang muttashil dari yang terputus, yangmursal, dari yang marfu’ dan lain-lain. Banyak hal yang menyebabkan sejarah para periwayat hadis menjadi objek kajian dalamIlmu Rijal Al Hadis, diantaranya adalah 1. Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi Hadis yang ada ditulis pada masa Nabi sangat minim sekali, padahal yang menerima hadis sangat banyak orangnya. Hal ini menyebabkan banyaknya terjadi kekeliruan dalam penyampaian hadis selanjutnya. Hadis yang disampaikan itu kadang dalam penyampaiannya mengalami perubahan-perubahan redaksi sehingga menyebabkan hadis tersebut menjadi rendah tingkatannya. Oleh karena itu dalam masalah ini diperlukan pengetahuan tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. 2. Munculnya pemalsuan hadis Hadis Nabi yang belum terhimpunn dalam suatu kitab dan kedudukan hadis yang sangat penting dalam sumber keajaran Islam, telah dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab oleh orang-orang tertentu. Mereka membuat hadis palsu berupa pernyataan – pernyataan yang mereka katakana berasal dari Nabi, padahal Nabi sendiri tidak pernah menyatakan demikian. Untuk itu Ilmu Rijal Hadis banyak membicarakan biografi para periwayat hadis dan hubungan periwayat satu dengan periwayat lainnya dalam periwayatan hadis agar menghindari terjadinya pemalsuan hadis. 3. Proses penghimpunan hadis Tadwin Karena takut akan kehilangan hadis, maka pada masa khalifah diadakan pengumpulan hadis dari seluruh daerah. Dalam melakukan penghimpunan hadis ini, diperlukan pengetahuan tentang sejarah hidup para perawi sehingga dapat diketahui kualitas hadis yang di himpun tersebut agar tidak terjadi ketercampuran antara hadis yang lebih baik kualitasnya dari segi sanad dengan hadis maudu’ maupun hadis dhaif dalam penghimpunan itu. Inilah beberapa factor yang menyebabkan di dalam Ilmu Rijal Hadis, sejarah para periwayat menjadi objek kajian. Di sebabkan betapa pentingnya pengetahuan tentang periwayat dalam hal-hal yang telah disebutkan diatas. SASARAN POKOKNYA Ilmu rijal al-hadits terdiri atas dua pokok, yaitu Ilmu Tarikh ar-Ruwah, yang mengenalkan kepada kita para periwayat hadits dalam kapasitas mereka selaku periwayat hadits. Ilmu ini menerangkan hal-ihwal periwayat, hari lahir dan wafatnya, guru-gurunya, masa dia mulai mendengarkan hadits, orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya, negerinya, tempat tinggalnya, perlawatannya dalam mencari hadits, tanggal tibanya di berbagai negeri, dia mendengar hadits dari guru-gurunya dan segala hal yang berhubungan dengan urusan Hadits. Ilmu ini lebih banyak membicarakan biografi para periwayat hadits dan hubungan periwayat yang satu dengan periwayat yang lain dalam periwayatan al-Jarh wa at-Ta’dil, yang membahas hal-ihwal periwayat hadits dari segi dapat diterima, atau ditolak riwayatnya. Ilmu ini lebih menekankan kepada pembahasan kualitas pribadi periwayat Hadits, khususny dari segi kekuatan hafalannya, kejujurannya, integritas pribadinya terhadap ajaran islam dan berbagai keterangan lainnya yang berhubungan dengan penelitian sanad Hadits. CABANG-CABANGNYA Dari kedua pokok ilmu rijal al-Hadits ini, muncul pula cabang-cabang yang mempunyai ciri pembahasan tersendiri. Cabang-cabang itu antara lain adalah Ilmu Tabaqat ar-Ruwah, yaitu ilmu yang mengelompokkan para periwayat ke dalam suatu angkatan atau generasi al-Mu’talif wa al-Mukhtalif, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dari nama asli, nama samaran, dan nama keturunan para periwayat, namun bunyi bacaannya al-Muttafiq wa al-Muftariq, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dan bunyi bacaan, namun berlainan personalianya,dan Ilmu al-Mubhamat, yaitu ilmu yang membahas nama-nama periwayat yang tidak disebut dengan jelas ULAMA-ULAMA YANG AHLI DAN KITAB-KITABNYA Dalam pembahasan tentang ilmu rijal al-Hadits, maka para Ulama mengarang kitab dengan bentuk dan metode yang beragam,berikut pembagiannya 1. Kitab Tarikh ar-Ruwah - At-Tobaqot al-Kubro karangan Muhammadbin Sa’ad 168-230 - Tazkiroh al-HUffaz karangan az-Zahaby w. 748H - Tarikh a-Islam karangan az-Zahaby - Tahzib at-Tahzib karangan al-Hafiz Syihab ad-Din Abu Fadl Ahmad bin Aly ibn Hajar al-Asqolaniy 772-852H - Tarikh Bagdad karangan Abu Bakar Ahmad bin Aliy al-Baghdadiy 392-463H - Al-Asma wa al-Kuna karangan Abu Bisyr Muhammad bin Ahmad ad-Dawlaby 234-320 H 2. Kitab al-Jarh wa at-Ta’dil - Kitab as-Siqat karangan Abu al-Hasan Ahmad bin Abdullah al_Ijliy - Ad-Du’afa al-Kabir dan Ad-Du’afa as-Sogir karangan Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhoriy 194-256H - Al-Kamil fi Ad-Du’afa ar-Rijal karangan Abu Ahmad Abdillah bin Adiy al-Jurjaniy H Source daniati IlmuAl-Jarh wa At-Ta'dil merupakan cabang-cabang ilmu hadits yang membahas tentang para periwayat hadits, supaya dapat diketahui cacat dan tidaknya, adil dan tidaknya seorang periwayat hadits, sehingga dapat diterima riwayatnya atau bahkan ditolak riwayatnya secara keseluruhan. 2. Ilmu Rijalul Hadits yaitu ilmu yang membahas para rawi haditsPara rawi hadis itu disebut “Rijalul Hadis”. Untuk dapat mengetahui keadaan para rawi hadis itu terdapat “Ilmu Rijalul Hadis” yaitu “Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan Sahabat maupun Tabi’in dan orang-orang angkatan sesudah mereka” Dalam ilmu Rijalul Hadis ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi hadis dan riwayat hidupnya, dan mazhab yang dianut serta sifat-sifat rawi dalam meriwayatkan hadis. Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak macamnya. Ada yang hanya menerangkan riwayat singkat dari sahabat Nabi, dan ada yang menerangkan riwayat hidup rawi secara lengkap. Ada juga yang menjelaskan para rawi yang dipercayai siqah saja. Ada yang menerangkan riwayat-riwayat para rawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau para pembuat hadis maudu’. Dan ada yang menjelaskan sebab-sebab dicatat dan sebab-sebab dipandang adil dengan menyebut kata-kata yang dipakai untuk itu serta martabat-martabat perkataan. Pertama seorang ulama yang menyusun kitab riwayat ringkas para sahabat, ialah Imam al-Bukhari w. 256 H. Kemudian, usaha itu dilaksanakan oleh Muhammad ibn Sa’ad w. 230 H. Sesudah itu bangunlah beberapa ahli lagi. Di antaranya, yang penting diterangkan ialah Ibn Abdil Barr w. 463 H. Kitabnya bernama al-Isti’ab. Pada permulaan abad yang ketujuh Hijrah berusahalah Izzuddin Ibnul Asir 630 H mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam sebuah kitab besar yang dinamai “Usdul Gabah”. Ibnul Asir ini adalah saudara dari Majduddin Ibnu Asir penulis An-Nihayah fi Garibil Hadis. Kitab Izzuddin diperbaiki oleh Az-Zahabi w. 747 H dalam kitab At Tajrid. Sesudah itu di dalam abad yang ke sembilan Hijrah, bangunlah Al Hafid Ibnu Hajar al-Asqalany menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama Al-Ishabah. Dalam kitab ini dikumpulkan al-Isti’ab dengan Usdul Gabah dan ditambah dengan yang tidak terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Kitab ini telah diringkaskan oleh As-Sayuti dalam kitab Ainul Isabah. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian Rijalul Hadis. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Al-Qur'an Hadis Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014. Kujnjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin.
IlmuRiwâyah. Kita mulai dari ilmu riwâyah. Karena ilmu riwâyah mencakup dua hal, yaitu meriwayatkan hadits dan memahami maknanya, maka kita akan mendapatkan dua faedah. Pertama, dari meriwayatkan hadits, kita akan mendapatkan sanad dari guru kita hingga Rasulullah saw. Tidak asing lagi ucapan Imam Abdullah bin Mubarak (wafat 181 H):
Sepertiriwayat Suhail bin Abi Shalih rahimahullah dari bapaknya rahimahullah dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Dan digabungkan dengan perincian di atas pembagian hadits shahih menjadi tujuh tingkatan, yaitu: 1. Pertama: Yang disepakati keshahihannya oleh imam al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah, dan ini adalah tingkatan yang paling tinggi.
Pararawi hadis itu disebut "Rijalul Hadis". Untuk dapat mengetahui keadaan para rawi hadis itu terdapat "Ilmu Rijalul Hadis" yaitu: "Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan Sahabat maupun Tabi'in dan orang-orang (angkatan) sesudah mereka". Dalam ilmu Rijalul Hadis ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi
Secaragaris besar ilmu-ilmu hadits dapat dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits riwayat (riwayah) dan ilmu hadits diroyat (diroyah). Ilmu hadis riwayah ialah ilmu yang membahas segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat Nabi Saw. Jadi ilmu ini titik tekannya pada materi hadits itu sendiri. Wilayah dan ruang lingkup pembahasan Ilmu
CabangUlumul Hadits Tentang Urgensi Terhadap Ilmu Rijaalul Hadits. Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS. Hadits ialah asal ajaran Islam ke-2 setelah Al-Qur'an yang semua ayatnya diterima secara muatawatir. Ayat pada hadits sebagian diriwayatkan secara mutawatir dan sebagiannya diriwayatkan secara ahad..